Wonderful Lombok Experience - Day 1
Lombok, menjadi tempat pertama yang saya
datangi untuk liburan di tahun ini. Alasan pertama karena ada teman lama di
sana, awalnya di planning untuk sekedar stay dan jalan-jalan seadanya. Alasan
pertama itu menjadi cikal bakal alasan kedua, yaitu otomatis perjalanan liburan
akan jadi low budget (you know lah mengandalkan "teman lama"
tersebut). Namun akhirnya, yang disebut 'Manusia boleh berencana Tuhan yang
menentukan' pun terjadi. Semua di luar planning utama. Sayangnya karena beberapa alasan teman tersebut tidak bisa menemani perjalanan.
Meski begitu bukan berarti semua menjadi tidak
menyenangkan dan tidak low bugdet. Bersyukur teman saya tersebut beberapa hari sebelumnya mengenalkan saya pada Yeyet dan
Yuning, Warga asli Lombok yang sudah sering menjadi pemandu, bisa di lihat di
instagramnya @yetyott dan @ayuningaw. Berkat Yeyet beberapa hal yang
'berantakan' sebelum sampai di Lombok bisa ditangani. Akhirnya pada tanggal 5
Februari 2016 sesuai schedule, saya dan sahabat saya sampai di Bandara
Internasional Lombok Praya sekitar jam 08:00 WIB. Disuguhi pemandangan depan bandara yang dihiasi patung gendang bellek. Sesuai rencana, saya menuju
ke Senggigi dengan naik Damri. Biayanya cukup murah hanya Rp. 35.000. Saya
turun persis di depan gang menuju ke The Semeton Homestay yang sudah saya
booking untuk semalam.
Tadinya saya hampir book di The Semeton
Homestay lewat aplikasi travel, iseng-iseng mau tanya-tanya sebelum booking
saya mencari kontak homestay tersebut dan mendapat nomor teleponnya dari
instagram. Saya book langsung dengan Pak Oka, pemiliknya, beliau sangat
ramah dan baik. Saya bahkan hanya bayar DP untuk menginap semalam padahal saya
book untuk 4 malam. Namun karena setelah dihitung-hitung jarak Senggigi
lumayan jauh dari kota, sesuai saran Yeyet saya batalkan 3 malam selanjutnya
dan pindah ke homestay di Mataram. Alasannya karena dari Mataram tak terlalu
jauh untuk mengexplore Lombok Tengah dan Timur. Meski sedikit kecewa Pak Oka
yang baik hati akhirnya memperbolehkan kami membatalkan 3 malam lain yang sudah
di booking, tanpa biaya cancel dll.
Saran
1 (untuk traveler pemula) : Jangan pesan hotel lewat aplikasi travel atau
website, dll. Selagi bisa
langsung book di hotelnya lebih baik book by phone. Sehingga jika jenis kamar
hotel bisa di sesuaikan. Misalnya hari pertama di standard AC hari kedua bisa
ke standard Fan jika memang tersedia, karena kalau kita cari di aplikasi atau
website tersebut mereka hanya menampilkan sisa jenis kamar hotel yang tersisa
di tanggal awal yang kita masukkan. Juga, kita harus membayar penuh apa yang
kita booking sehingga sulit untuk cancel, dan pastinya refund juga akan memakan
waktu.
Kembali ke perjalanan, sesampainya di The
Semeton Homestay saya langsung mengabari Yeyet. Sedikit beristirahat di kamar
yang berfasilitas 1 tempat tidur besar, AC, TV, lemari dan kamar mandi itu.
Kami langsung start perjalanan ke Pantai Senggigi, menggunakan motor. Biaya
masuk Pantai Senggigi Rp. 5.000 per motor. Sayangnya sedang musim hujan,
sesampainya di Pantai Senggigi awan sudah sangat gelap dan gerimis turun. Kami
berfoto sebentar di dermaga yang jika dilihat dari atas berbentuk cicak, salah
satu simbol Lombok yang sampai sekarang masih belum saya ketahui alasannya.
Hujan semakin menjadi saat kami di pantai. Alhasil kami menikmati Senggigi di
bawah pohon sambil menunggu hujan berhenti, tapi tetap saja tak menyurutkan
semangat kami untuk kembali melihat-lihat keindahan Lombok.
Walaupun harus mengurungkan niat untuk
menyebrang ke Gili Trawangan karena cuaca yang buruk, dengan hujan-hujanan kami
menuju ke tempat kedua. Villa Hantu, awalnya mendengar nama tersebut saya
sedikit merinding. Yang terbayang adalah sebuah rumah yang gelap dan
menyeramkan. Begitu motor berhenti di sebuah bangunan yang telihat lebih mirip
parkiran dari luar, dalam hati saya berkata “Apa ini?” sambil turun dari motor
dan mulai berjalan masuk. Saat saya masuk apa yang saya lihat jauh dari
bayangan saya. Tak terekspektasikan sebelumnya, benar-benar di luar perkiraan.
Saya mendapatkan sebuah pandangan laut luas dan pantai juga bukit Setangi di
sisi kiri dan kanan saya. Tak bisa di gambarkan bagaimana indahnya jika tak
dilihat langsung. Awalnya santer cerita bahwa Villa Hantu itu adalah Villa yang
dibangun oleh seorang nenek yang meninggal, namun karena tak punya keturunan
akhirnya terbengkalai begitu saja dan di coret-coret oleh orang-orang iseng dan
ditulisi ‘Villa Hantu’ di depannya. Namun belakangan ada yang memberitahu bahwa
Villa itu dibangun tanpa perijinan yang cukup, sehingga tak bisa diteruskan.
Kami cukup lama di dalam Villa hantu,
memandangi pemandangan yang luar biasa indah meski hujan tak henti-hentinya
mengguyur. Tak lupa mengabadikan moment sebanyak-banyaknya lewat foto. Membeli
cemilan di tukang cilok yang datang untuk meneduh di villa hantu. Hingga kami
rasa sudah cukup lama akhirnya melanjutkan perjalanan lagi meski hujan masih
cukup deras, dan saya adalah satu-satunya yang mengenakan jas hujan. Perjalanan cukup jauh, tapi jalanan yang
bagus dan pemandangan di kanan kiri yang tak pernah saya lihat sebelumnya
membuat rasa dingin karena kehujanan dan angin yang menerpa tubuh di atas motor
menjadi tersamarkan. Sepanjang perjalanan Yeyet menjelaskan tentang tempat yang
kami lalui, sepertinya hujan dan kedinginan tak menyurutkan semangat gadis 22
tahun ini untuk memandu saya.
Kami melawati Pantai Malimbu 1, Malimbu 2 dan
Pantai Nipah. Kalau kalian adalah pencinta kuliner pasti tahu atau pernah
sekedar dengar dengan makanan Ikan Bakar Nipah, dari Pantai Nipah inilah
asalnya, banyaenjaja ikan bakar di sepanjang jalannya, namun lagi-lagi
karena hujan dan mengejar waktu yang hampir sore, kami hanya melewatinya.Setelah perjalanan cukup jauh akhirnya
kami sampai di Pantai Pandanan dengan biaya masuk Rp. 2.000 per motor.
Pantainya terletak persis di bawah bukit yang curam. Tak begitu panjang, namun
yang membuatnya nyaman adalah karena gazebo-gazebo yang disedikan secara free
untuk kami beristirahat. Dari Pandanan kami memandangi Gili Trawangan yang
terlihat sangat dekat, meskipun pasti tak sedekat yang dilihat. Di Pandanan
kami merelaksasikan tubuh, makan mie instan dalam kemasan gelas dan
minum-minuman hangat. Cuaca sangat gelap sehingga tampaknya kami tak akan
mendapatkan pemandangan sunset yang bagus. Oleh karenanya kami memutuskan untuk
pulang.
Sambil menuju homestay kami menyempatkan
diri untuk turun ke Pantai Malimbu 2 di sini tak dipungut biaya untuk masuk,
hanya bayar parkir motor. Pemandangan dari bukit di atasnya cukup sangat
memanjakan mata, membuat kami menyempatkan diri untuk lagi-lagi, mengambil
foto. Hujan kembali mengguyur, kami kembali ke motor dan meneruskan perjalanan.
Menikmati lancarnya lalu lintas dan hijaunya pemandangan bukit serta birunya
laut yang dilewati. Sebelum sampai ke homestay kami berhenti di sebuah padang
rumput yang cukup menarik, kami sudah mengincarnya saat melewatinya waktu
berangkat. Padang rumput yang dihiasi pohon-pohon kelapa yang berbaris rapih
itu sungguh enak dipandang. Sederhana namun unik, hal yang tidak akan kalian
dapatkan jika berpergian dengan travel agent.
Perjalanan hari pertama pun selesai. Kami kembali ke homestay untuk mempersiapkan hari esok, berdoa semoga cerah sepanjang hari.









Boleh minta no telpnya pak okta?
BalasHapusBoleh minta no telpnya pak okta?
BalasHapus